GUY ROUX, MONUMEN HIDUP AUXERRE


Durasi 44 tahun bukan waktu yang sebentar. Terlebih bagi seseorang yang menduduki posisi pelatih di level sepak bola profesional. Karena itu, jika ada seorang pelatih yang bisa bertahan selama itu di satu klub tertentu, pasti dia sangat istimewa. Dalam sepak bola modern, ada satu orang yang sanggup melakukannya. Dialah Guy Roux.
Namun, jika dihitung sepanjang sejarah sepak bola, Roux bukan yang terlama. Dia adalah Fred Everiss yang menangani West Bromwich selama 46 tahun dari 1902 sampai 1948.
Pria ini menyodorkan surat lamaran sebagai pelatih pada 1961 saat berusia 22 tahun. Namun, mayoritas masyarakat dunia tidak peduli. Pasalnya, berita pengangkatan John F. Kennedy sebagai Presiden Amerika Serikat, pendaratan manusia pertama di bulan, dan pembangunan tembok Berlin, tengah menjadi isu besar. Apalagi Auxerre hanyalah klub liliput dari sebuah kota kecil yang hanya berkompetisi di liga amatir wilayah Burgundy (Prancis).
Akan tetapi, siapa sangka Roux mampu mengangkat pamor klub liliput menjadi sebuah raksasa? Langkah itu diawali pada musim 1979-80. Itulah kali pertama Auxerre meraih trofi dengan menjuarai Ligue 2. Berkat prestasi tersebut klub ini berhak memainkan debut di Ligue 1 pada 1980-81.
Setelah itu, klub berkostum putih-biru ini menjadi menjelma sebagai kekuatan yang disegani di sepak bola Prancis. Gelar di ajang bergengsi Piala Prancis berhasil dibukukan pada 1994, 1996, 2003, dan 2005. Puncaknya terjadi pada 1996 ketika Auxerre menjuarai Ligue 1. Itulah gelar Ligue 1 satu-satunya bagi klub yang bermarkas di Abbe-Deschamps. Hebatnya, prestasi ini diraih dengan kondisi finansial dan materi pemain yang pas-pasan.
Salah satu kunci keberhasilan Roux tak lain disiplin yang tinggi. Semasa menjadi pelatih, dia menganggap hal itu sebagai kunci kesuksesan. Disiplin tak hanya dia berlakukan bagi pemainnya saja. Tapi juga dirinya sendiri. Alhasil, semua anak buah Roux menaruh hormat kepadanya.
“Untuk menjadi seorang manajer, kami perlu melakukan dua hal: menjadi contoh dan mencintai. Jika pemainmu hadir di lapangan jam 9 pagi, kami harus tiba pukul 8.30 dalam keadaan tidak mabuk. Kamu juga harus mencintai mereka. Jika tidak, mereka akan merasakannya,” kata Roux.
Pencipta Pemain Berbakat
Untuk membangun Auxerre, Roux harus bekerja ekstrakeras. Sebab, klub ini bukan klub besar. Untuk mendapatkan pemain yang hebat, dia tidak bisa membelanjakan uang, tapi harus menciptakannya.
Disinilah kehebatan Roux terlihat. Di tangannya, lahir pemain-pemain muda berbakat seperti Basile Boli, Eric Cantona, Djibril Cisse, dan Philippe Mexes. Ada juga beberapa bintang yang bersinar meski dibeli dengan harga murah semisal Enzo Scifo, Laurent Blanc, hingga Jean-Alain Boumsong.

Djibril Cisse
Roux memang tak bisa meminta uang banyak untuk membeli pemain kepada manajemen. Sebab, ketika pertama kali mengikat kontrak, dia telah mengikat janji kepada Presiden Auxerre saat itu, Jean-Claude Hamel. “Saya akan selalu membuat neraca klub ini seimbang dan tak pernah menghamburkan uang,” kata Roux.
Sumbangsih besar yang diberikan Roux membuat pemain dan pendukung Auxerre menganggapnya bak dewa. Faktanya, tanpa Roux, Auxerre belum tentu bisa sebesar ini. “Roux telah membuat Auxerre sebesar sekarang lewat tangannya sendiri. Dia hidup dan bernapas di klub ini. Dia merupakan sebuah karakter sekaligus monumen dalam sepak bola Prancis,” ujar eks anak asuh Roux, Basile Boli.
Kesedihan langsung terasa begitu Roux memutuskan untuk mundur pada 2005, tepat setelah mempersembahkan gelar Piala Prancis. “Kami layak merayakan keberhasilan meraih trofi ini, tapi kami juga harus melakukan acara perpisahan untuk pelatih kami,” bilang kapten Auxerre saat itu, Yann Lachuer.
Meski telah pergi dari Auxerre, tak akan ada yang bisa mengalahkan pengabdian Roux. Namanya akan terus terpatri sebagai monument terbesar yang dimiliki Auxerre.

Fakta Roux :
Nama lengkap: Guy Roux Lahir: Colmar (Prancis), 18 Oktober 1938 Karier pemain: AJ Auxerre (1952-1961) Karier pelatih: AJ Auxerre (1961-2005), RC Lens (2007) Prestasi: Juara Ligue 1 (1995-96), Juara Piala Prancis (1993-94, 1995-96, 2002-03. 2004-05)

sumber
LihatTutupKomentar