Untuk
urutan pertama saya memilih Giovanni Trapattoni karena pelatih yang
dikenal sebagai Mr. Trap merupakan salah satu pelatih dengan koleksi
gelar terbanyak dalam sejarah.
Bersama Ernst Heppel, Il Trap sanggup memenangi titel liga di empat negara berbeda: Austria, Jerman, Italia dan Portugal.
Baginya, sebuah tim akan sukses jika memiliki kedisiplinan tinggi serta takkan terkalahkan apabila mempunyai lini pertahanan yang kuat dan bisa diandalkan.
Dia sudah membuktikannya bersama AC Milan, Juventus, Inter, Bayern Munich, Benfica serta Salzburg. Juventus bisa dibilang karier terbaiknya dengan enam gelar liga, dua Coppa Italia, dua Piala UEFA serta satu European Cup, Piala Winner, Piala Super Eropa dan Piala Interkontinental.
Dia adalah pondasi awal kesuksesan seorang pelatih di Manchester United. Sir Matt Busby telah membawa Red Devils lima kali memuncaki klasemen di kompetisi kasta tertinggi Inggris dalam dua periode, yaitu awal 50-an dan akhir 60-an.
Timnya waktu itu disebut the Busby Babes. Dinamakan demikian karena para anak buahnya yang mayoritas berusia muda, termasuk Bobby Charlton dan Duncan Edwards. Dia sukses mengantarkan United menuju era keemasan, tapi delapan pemain meninggal dalam tragedi Munich.
Sebuah trofi European Cup disabet United besutannya dengan menghantam Benfica 4-1 dalam partai final di Wembley pada 29 Mei 1968 silam.
Pria berdarah Austria ini menjadi pelatih pertama yang memenangi European Cup (Liga Champions) dengan dua klub berbeda, yaitu Feyenord pada musim 1969/70 dan Hamburg pada 1982/83.
Ernst Happel juga meraih gelar liga di empat negara berbeda, yakni Belanda, Belgia, Jerman dan Austria. Dia adalah penganut strategi menyerang yang dipadukan dengan pressure total terhadap lawan setiap kehilangan bola.
Salah satu prestasi terbaiknya adalah mengantarkan timnas Belanda ke partai final Piala Dunia 1978.
Helenio Herrera adalah pelatih yang melahirkan Grande Inter, tim Inter Milan yang menjuarai European Cup dan Piala Interkontinental secara beruntun pada 1964 serta 1965.
Il Mago (the Wizard) termasuk perintis penggunaan motivasi psikologis dalam sepakbola. Dia juga menerapkan disiplin ketat kepada para pemainnya, termasuk untuk urusan menjaga diet dan kebugaran.
Herrera telah memenangi 16 gelar bergengsi selama melatih Atletico Madrid, Barcelona, Inter dan AS Roma.
Rinus Michels adalah mastermind di balik salah satu gaya permainan sepkabola paling terkenal dalam sejarah, yaitu total football.
Timnas Belanda menggunakan sistem itu pada era 1970-an. Satu-satunya pemain dengan posisi pasti adalah penjaga gawang. Bek, gelandang dan pemain depan semuanya bebas bertukar posisi untuk mengambil keuntungan dari ruang-ruang kosong yang ditinggalkan oleh lawan.
Johan Cruyff menerapkannya secara sempurna di atas lapangan, dengan Michels sebagai otak dari tepi arena.
Gaya melatih Cruyff pun terinspirasi olehnya yang merupakan salah satu anak didiknya.
Miguel Munoz merupakan pelatih terbesar dalam sejarah Real Madrid. Munoz menjadikan Real Madrid salah satu kekuatan terbesar di Eropa.
Dia melatih Madrid selama 16 tahun dan memenangi sembilan gelar La Liga. Belum ada pelatih lain yang sanggup menyamai masa kepelatihan maupun apa yang sudah dicapainya di ibu kota.
Pria Spanyol itu telah melatih sejumlah talenta terbaik di dunia, seperti Alfredo Di Stefano and Ferenc Puskas.
Bob Paisley menangani Liverpool dari 1974 hingga 1983, cukup waktu untuk membawa klub Merseyside itu ke level yang benar-benar baru.
Dia adalah pelatih tersukses dalam sejarah the Reds dengan persembahan 20 gelar, yaitu enam liga, tiga Piala Liga, enam Charity Shield, tiga European Cup/Liga Champions, satu Piala UEFA dan satu Piala Super Eropa.
Hingga kini, dia masih memegang rekor sebagai satu-satunya pelatih yang memenangi tiga trofi European Cup.
Paisley ahli dalam menggerakkan para pemain sesuai dengan sederet skenario berbeda yang ingin diterapkannya di atas lapangan. Faktor psikologis adalah elemen terpenting dalam strateginya, dan itu membuat dia bisa menarik kemampuan terbaik dari tim besutannya.
Paisley memenangi enam penghargaan LMA Manager of the Year: 1976, 1977, 1979, 1980, 1982 dan 1983.
Jika Anda menyukai Catenaccio, maka berterima kasihlah kepada Nereo Rocco. Pelatih Italia ini menciptakan sebuah sistem yang memfokuskan pada efisiensi barisan belakang. Tujuannya hanya satu, yakni mencegah lawan mencetak angka.
Rocco melakoni debut melatihnya bersama Triestina pada 1947. Secara mengejutkan, dia sanggup membawa mereka ke peringkat dua Serie A, yang hingga kini masih tercatat sebagai prestasi terbaik klub tersebut. Yang paling hebat, Rocco melakukannya dengan strategi Catenaccio sepanjang musim, yang membuatnya terkenal di seantero Eropa.
Sepak terjang itu membawa Rocco ke AC Milan, klub yang dibimbingnya menjuarai European Cup pada tahun 1963 dan 1969.
Prestasi impresif seorang Brian Clough adalah membawa Derby County dan Nottingham Forest promosi dari Second Division ke First Division.
Yang lebih hebat lagi adalah dia mampu memenangi kasta tertinggi Inggris bersama kedua klub tersebut.
Dia merupakan seorang pelatih yang menjunjung tinggi disiplin dan intuisi. Tim-tim asuhannya bermain tidak atraktif, tapi mereka menerapkan kekuatan dan kualitas fisik sebagai senjata utamanya.
Termasuk dalam deretan trofi persembahan Clough sebagai pelatih adalah empat Piala Liga serta dua European Cup, dan semua itu diraihnya bersama Nottingham.
Franz Beckenbauer merupakan salah satu pemain terbaik yang pernah ada, tapi Sang Kaisar juga tercatat sukses di tepi lapangan.
Hingga kini, dia adalah satu-satunya orang yang pernah memenangi Piala Dunia sebagai kapten dan pelatih, yaitu ketika turnamen itu digelar di tanah kelahirannya pada 1974 dan di Italia 1990.
Beckenbauer menekankan kepada para pemainnya agar selalu menikmati permainan dan tidak kebobolan satu gol pun dalam pertandingan.
Karisma dan kepemimpinannya sebagai pemain tak hilang meski berganti haluan menjadi pelatih, dan itu terbukti dengan keberhasilan dia membawa Marseille juara Ligue 1 pada musim 1990/91 serta mengantarkan Bayern Munich jadi kampiun Bundesliga 1993/94 dan Piala UEFA 1995/96.
Arrigo Sacchi (lahir di Fusignano, Italia, 1 April 1946; umur 66 tahun) adalah seorang pelatih sepak bola Italia, mantan pelatih utama Italia (1991-1996), dan dua kali manajer AC Milan (1987-1991, 1996-1997).
Sacchi tidak pernah menjadi pemain sepak bola profesional, dan sebelum menjadi pelatih ia adalah seorang penjual sepatu.
Sebagai manajer tim nasional Italia, Sacchi membantu Italia mencapai final Piala Dunia FIFA 1994, kalah dari Brasil melalui adu penalti. Pada tingkat klub ia cukup berhasil, terutama AC Milan. Dengan trofi domestik - memenangkan gelar di Seri A 1988, Piala Super Italia pada 1989 - berkembang menjadi sukses di tingkat Eropa : Piala Eropa pada tahun 1989 dan 1990, dan Piala Super Eropa dan Piala Interkontinental pada tahun 1990 dan 1991.
Bersama Ernst Heppel, Il Trap sanggup memenangi titel liga di empat negara berbeda: Austria, Jerman, Italia dan Portugal.
Baginya, sebuah tim akan sukses jika memiliki kedisiplinan tinggi serta takkan terkalahkan apabila mempunyai lini pertahanan yang kuat dan bisa diandalkan.
Dia sudah membuktikannya bersama AC Milan, Juventus, Inter, Bayern Munich, Benfica serta Salzburg. Juventus bisa dibilang karier terbaiknya dengan enam gelar liga, dua Coppa Italia, dua Piala UEFA serta satu European Cup, Piala Winner, Piala Super Eropa dan Piala Interkontinental.
Dia adalah pondasi awal kesuksesan seorang pelatih di Manchester United. Sir Matt Busby telah membawa Red Devils lima kali memuncaki klasemen di kompetisi kasta tertinggi Inggris dalam dua periode, yaitu awal 50-an dan akhir 60-an.
Timnya waktu itu disebut the Busby Babes. Dinamakan demikian karena para anak buahnya yang mayoritas berusia muda, termasuk Bobby Charlton dan Duncan Edwards. Dia sukses mengantarkan United menuju era keemasan, tapi delapan pemain meninggal dalam tragedi Munich.
Sebuah trofi European Cup disabet United besutannya dengan menghantam Benfica 4-1 dalam partai final di Wembley pada 29 Mei 1968 silam.
Pria berdarah Austria ini menjadi pelatih pertama yang memenangi European Cup (Liga Champions) dengan dua klub berbeda, yaitu Feyenord pada musim 1969/70 dan Hamburg pada 1982/83.
Ernst Happel juga meraih gelar liga di empat negara berbeda, yakni Belanda, Belgia, Jerman dan Austria. Dia adalah penganut strategi menyerang yang dipadukan dengan pressure total terhadap lawan setiap kehilangan bola.
Salah satu prestasi terbaiknya adalah mengantarkan timnas Belanda ke partai final Piala Dunia 1978.
Helenio Herrera adalah pelatih yang melahirkan Grande Inter, tim Inter Milan yang menjuarai European Cup dan Piala Interkontinental secara beruntun pada 1964 serta 1965.
Il Mago (the Wizard) termasuk perintis penggunaan motivasi psikologis dalam sepakbola. Dia juga menerapkan disiplin ketat kepada para pemainnya, termasuk untuk urusan menjaga diet dan kebugaran.
Herrera telah memenangi 16 gelar bergengsi selama melatih Atletico Madrid, Barcelona, Inter dan AS Roma.
Rinus Michels adalah mastermind di balik salah satu gaya permainan sepkabola paling terkenal dalam sejarah, yaitu total football.
Timnas Belanda menggunakan sistem itu pada era 1970-an. Satu-satunya pemain dengan posisi pasti adalah penjaga gawang. Bek, gelandang dan pemain depan semuanya bebas bertukar posisi untuk mengambil keuntungan dari ruang-ruang kosong yang ditinggalkan oleh lawan.
Johan Cruyff menerapkannya secara sempurna di atas lapangan, dengan Michels sebagai otak dari tepi arena.
Gaya melatih Cruyff pun terinspirasi olehnya yang merupakan salah satu anak didiknya.
Miguel Munoz merupakan pelatih terbesar dalam sejarah Real Madrid. Munoz menjadikan Real Madrid salah satu kekuatan terbesar di Eropa.
Dia melatih Madrid selama 16 tahun dan memenangi sembilan gelar La Liga. Belum ada pelatih lain yang sanggup menyamai masa kepelatihan maupun apa yang sudah dicapainya di ibu kota.
Pria Spanyol itu telah melatih sejumlah talenta terbaik di dunia, seperti Alfredo Di Stefano and Ferenc Puskas.
Bob Paisley menangani Liverpool dari 1974 hingga 1983, cukup waktu untuk membawa klub Merseyside itu ke level yang benar-benar baru.
Dia adalah pelatih tersukses dalam sejarah the Reds dengan persembahan 20 gelar, yaitu enam liga, tiga Piala Liga, enam Charity Shield, tiga European Cup/Liga Champions, satu Piala UEFA dan satu Piala Super Eropa.
Hingga kini, dia masih memegang rekor sebagai satu-satunya pelatih yang memenangi tiga trofi European Cup.
Paisley ahli dalam menggerakkan para pemain sesuai dengan sederet skenario berbeda yang ingin diterapkannya di atas lapangan. Faktor psikologis adalah elemen terpenting dalam strateginya, dan itu membuat dia bisa menarik kemampuan terbaik dari tim besutannya.
Paisley memenangi enam penghargaan LMA Manager of the Year: 1976, 1977, 1979, 1980, 1982 dan 1983.
Jika Anda menyukai Catenaccio, maka berterima kasihlah kepada Nereo Rocco. Pelatih Italia ini menciptakan sebuah sistem yang memfokuskan pada efisiensi barisan belakang. Tujuannya hanya satu, yakni mencegah lawan mencetak angka.
Rocco melakoni debut melatihnya bersama Triestina pada 1947. Secara mengejutkan, dia sanggup membawa mereka ke peringkat dua Serie A, yang hingga kini masih tercatat sebagai prestasi terbaik klub tersebut. Yang paling hebat, Rocco melakukannya dengan strategi Catenaccio sepanjang musim, yang membuatnya terkenal di seantero Eropa.
Sepak terjang itu membawa Rocco ke AC Milan, klub yang dibimbingnya menjuarai European Cup pada tahun 1963 dan 1969.
Prestasi impresif seorang Brian Clough adalah membawa Derby County dan Nottingham Forest promosi dari Second Division ke First Division.
Yang lebih hebat lagi adalah dia mampu memenangi kasta tertinggi Inggris bersama kedua klub tersebut.
Dia merupakan seorang pelatih yang menjunjung tinggi disiplin dan intuisi. Tim-tim asuhannya bermain tidak atraktif, tapi mereka menerapkan kekuatan dan kualitas fisik sebagai senjata utamanya.
Termasuk dalam deretan trofi persembahan Clough sebagai pelatih adalah empat Piala Liga serta dua European Cup, dan semua itu diraihnya bersama Nottingham.
Franz Beckenbauer merupakan salah satu pemain terbaik yang pernah ada, tapi Sang Kaisar juga tercatat sukses di tepi lapangan.
Hingga kini, dia adalah satu-satunya orang yang pernah memenangi Piala Dunia sebagai kapten dan pelatih, yaitu ketika turnamen itu digelar di tanah kelahirannya pada 1974 dan di Italia 1990.
Beckenbauer menekankan kepada para pemainnya agar selalu menikmati permainan dan tidak kebobolan satu gol pun dalam pertandingan.
Karisma dan kepemimpinannya sebagai pemain tak hilang meski berganti haluan menjadi pelatih, dan itu terbukti dengan keberhasilan dia membawa Marseille juara Ligue 1 pada musim 1990/91 serta mengantarkan Bayern Munich jadi kampiun Bundesliga 1993/94 dan Piala UEFA 1995/96.
Arrigo Sacchi (lahir di Fusignano, Italia, 1 April 1946; umur 66 tahun) adalah seorang pelatih sepak bola Italia, mantan pelatih utama Italia (1991-1996), dan dua kali manajer AC Milan (1987-1991, 1996-1997).
Sacchi tidak pernah menjadi pemain sepak bola profesional, dan sebelum menjadi pelatih ia adalah seorang penjual sepatu.
Sebagai manajer tim nasional Italia, Sacchi membantu Italia mencapai final Piala Dunia FIFA 1994, kalah dari Brasil melalui adu penalti. Pada tingkat klub ia cukup berhasil, terutama AC Milan. Dengan trofi domestik - memenangkan gelar di Seri A 1988, Piala Super Italia pada 1989 - berkembang menjadi sukses di tingkat Eropa : Piala Eropa pada tahun 1989 dan 1990, dan Piala Super Eropa dan Piala Interkontinental pada tahun 1990 dan 1991.
Sacchi juga berhasil Parma (1985-1987 dan 2001) dan Atlético Madrid
(1998-1999). Pada Desember 2004 ia diangkat sebagai direktur sepak bola
di klub raksasa Spanyol Real Madrid, menggantikan Jorge Valdano.
Jika ada yang bisa menunjukkan kepada dunia bahwa sepakbola itu
atraktif, memikat dan menyenangkan, maka Johan Cruyff lah orangnya.
Sang legenda Belanda memberi nuansa baru dan berbeda di Barcelona. Sebuah filosofi permainan yang kemudian dikenal dengan sebutan tiki-taka, bentuk revolusioner dari skema total football. Gaya ini memfokuskan pada dua hal: operan pendek dan mobilitas pemain.
Strategi Cruyff sebenarnya cukup sederhana, yakni mengalirkan bola dengan beragam jalur operan, menguasai permainan, dan menusuk lewat setiap celah yang ada.
Dia memenangi Copa del Rey, La Liga, Supercopa de Espana, UEFA Super Cup dan Liga Champions.
Sang legenda Belanda memberi nuansa baru dan berbeda di Barcelona. Sebuah filosofi permainan yang kemudian dikenal dengan sebutan tiki-taka, bentuk revolusioner dari skema total football. Gaya ini memfokuskan pada dua hal: operan pendek dan mobilitas pemain.
Strategi Cruyff sebenarnya cukup sederhana, yakni mengalirkan bola dengan beragam jalur operan, menguasai permainan, dan menusuk lewat setiap celah yang ada.
Dia memenangi Copa del Rey, La Liga, Supercopa de Espana, UEFA Super Cup dan Liga Champions.
Melatih sebuah klub selama 25 tahun tanpa putus bukanlah hal mudah, tapi
Sir Alex Ferguson telah melakukannya di Manchester United dengan cara
yang luar biasa.
Dia berlabuh di Old Trafford pertama kali tahun 1986. Dia harus menunggu hingga musim 1989/90 untuk meraih gelar perdananya, yaitu di ajang Piala FA dan Community Shield.
Ferguson merupakan sosok manajer yang memberi dukungan dan kepercayaan penuh kepada para pemainnya, tapi dia meminta mereka disiplin, baik di dalam maupun luar lapangan.
Banyak talenta hebat yang sudah dipolesnya, termasuk Wayne Rooney, Roy Keane dan Eric Cantona.
United telah melewati berbagai era, dan Ferguson mampu membimbing mereka melaluinya hingga dia menjadi pelatih tersukses dalam sejarah persepakbolaan Inggris dengan 12 gelar liga, dua trofi Liga Champions dan sebuah titel Piala Dunia Antarklub FIFA.
Dia juga terpilih oleh IFFHS sebagai Pelatih Terbaik Abad 21.
Dia berlabuh di Old Trafford pertama kali tahun 1986. Dia harus menunggu hingga musim 1989/90 untuk meraih gelar perdananya, yaitu di ajang Piala FA dan Community Shield.
Ferguson merupakan sosok manajer yang memberi dukungan dan kepercayaan penuh kepada para pemainnya, tapi dia meminta mereka disiplin, baik di dalam maupun luar lapangan.
Banyak talenta hebat yang sudah dipolesnya, termasuk Wayne Rooney, Roy Keane dan Eric Cantona.
United telah melewati berbagai era, dan Ferguson mampu membimbing mereka melaluinya hingga dia menjadi pelatih tersukses dalam sejarah persepakbolaan Inggris dengan 12 gelar liga, dua trofi Liga Champions dan sebuah titel Piala Dunia Antarklub FIFA.
Dia juga terpilih oleh IFFHS sebagai Pelatih Terbaik Abad 21.
Strategi ofensifnya telah menjadikan Ottmar Hitzfeld salah satu pelatih
tersukses dalam sejarah persepakbolaan Jerman dan internasional.
Bersama Ernst Happel dan Jose Mourinho, dia merupakan satu dari tiga pelatih yang sanggup memenangi European Cup/Liga Champions dengan dua klub berbeda.
Dalam melatih, Hitzfeld merupakan sosok yang menyukai speed, tempo cepat, sentuhan bola secara konstan dan kerapatan antarlini, gaya yang telah diterapkannya bersama Swiss sejak 2008.
Penghargaan IFFHS World's Best Club Coach pun pernah diraihnya dua kali, yakni pada 1997 dan 2001 silam.
Bersama Ernst Happel dan Jose Mourinho, dia merupakan satu dari tiga pelatih yang sanggup memenangi European Cup/Liga Champions dengan dua klub berbeda.
Dalam melatih, Hitzfeld merupakan sosok yang menyukai speed, tempo cepat, sentuhan bola secara konstan dan kerapatan antarlini, gaya yang telah diterapkannya bersama Swiss sejak 2008.
Penghargaan IFFHS World's Best Club Coach pun pernah diraihnya dua kali, yakni pada 1997 dan 2001 silam.
Marcello Lippi mengantarkan Italia ke puncak dunia pada tahun 2006
dengan sebuah filosofi sederhana: tim harus menjadi satu kesatuan.
Sepanjang karier kepelatihannya, Lippi percaya bahwa sebuah skuad boleh saja memiliki sederet talenta luar biasa, tapi mereka takkan sukses tanpa mental dan kerjasama tim yang kuat. Oleh karena itu, formasi yang dia terapkan selalu didasarkan pada skill para pemainnya.
Lippi adalah pelatih pertama yang memenangi turnamen internasional paling prestisius dengan klub dan tim nasional, yaitu Liga Champions dan Piala Interkontinental bersama Juventus pada tahun 1996 serta Piala Dunia 2006 bersama Azzurri.
Sebelum menangani Italia, Lippi pernah melatih lebih dari 10 klub berbeda, termasuk Juve, Inter, Napoli, Atalanta, Siena dan tim primavera Sampdoria.
Pada tahun 2007, The Times memasukkan nama Lippi dalam daftar 50 Pelatih Terbaik Sepanjang Masa.
Sepanjang karier kepelatihannya, Lippi percaya bahwa sebuah skuad boleh saja memiliki sederet talenta luar biasa, tapi mereka takkan sukses tanpa mental dan kerjasama tim yang kuat. Oleh karena itu, formasi yang dia terapkan selalu didasarkan pada skill para pemainnya.
Lippi adalah pelatih pertama yang memenangi turnamen internasional paling prestisius dengan klub dan tim nasional, yaitu Liga Champions dan Piala Interkontinental bersama Juventus pada tahun 1996 serta Piala Dunia 2006 bersama Azzurri.
Sebelum menangani Italia, Lippi pernah melatih lebih dari 10 klub berbeda, termasuk Juve, Inter, Napoli, Atalanta, Siena dan tim primavera Sampdoria.
Pada tahun 2007, The Times memasukkan nama Lippi dalam daftar 50 Pelatih Terbaik Sepanjang Masa.
Eks manajer timnas Inggris yang merupakan penganut loyal gaya defensif
Italia, tapi kemudian menyeimbangkannya dengan permainan menyerang.
Capello menunjukkan kehebatan melatihnya sejak bersama AC Milan pada awal 1990-an, yaitu ketika dia memimpin Rossoneri membukukan rekor 58 laga tanpa kekalahan di Serie A. Dia juga sosok yang dikenal sangat disiplin dalam melatih.
Pada 1996, Capello hijrah dari Milan ke Real Madrid, tapi gaya defensifnya membuat dia terlempar, lalu kembali ke Milan. Setelah itu, dia melompat ke AS Roma, Juventus, mendapatkan kesempatan kedua bersama Madrid, hingga berakhir di timnas Inggris.
Bersama Three Lions lah dia mengembangkan skema permainan baru yang menekankan pada operan dan sentuhan, yang membuat para gelandang di timnya bisa memaksimalkan kreativitas serta mengalirkan bola dengan lebih akurat.
Capello menunjukkan kehebatan melatihnya sejak bersama AC Milan pada awal 1990-an, yaitu ketika dia memimpin Rossoneri membukukan rekor 58 laga tanpa kekalahan di Serie A. Dia juga sosok yang dikenal sangat disiplin dalam melatih.
Pada 1996, Capello hijrah dari Milan ke Real Madrid, tapi gaya defensifnya membuat dia terlempar, lalu kembali ke Milan. Setelah itu, dia melompat ke AS Roma, Juventus, mendapatkan kesempatan kedua bersama Madrid, hingga berakhir di timnas Inggris.
Bersama Three Lions lah dia mengembangkan skema permainan baru yang menekankan pada operan dan sentuhan, yang membuat para gelandang di timnya bisa memaksimalkan kreativitas serta mengalirkan bola dengan lebih akurat.
Vicente del Bosque González adalah mantan pesepakbola asal Spanyol yang saat ini menjadi pelatih tim nasional Spanyol.
Sebagian besar karier kepelatihannya dihabiskan di Real Madrid. Del Bosque juga ditahbiskan sebagai pelatih paling sukses dalam sejarah klub ibukota Spanyol tersebut. Dia melatih Spanyol di arena Piala Dunia 2010.
Pada 11 Juli 2010, del Bosque menjadi pelatih pertama yang mengantarkan tim nasional Spanyol sebagai juara dunia setelah di partai final Piala Dunia mengalahkan Belanda dengan skor 1-0 lewat gol Andres Iniesta. Dan satu-satunya pelatih dalam sejarah Spanyol yang mengantarkan Spanyol meraih Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012.
Sebagian besar karier kepelatihannya dihabiskan di Real Madrid. Del Bosque juga ditahbiskan sebagai pelatih paling sukses dalam sejarah klub ibukota Spanyol tersebut. Dia melatih Spanyol di arena Piala Dunia 2010.
Pada 11 Juli 2010, del Bosque menjadi pelatih pertama yang mengantarkan tim nasional Spanyol sebagai juara dunia setelah di partai final Piala Dunia mengalahkan Belanda dengan skor 1-0 lewat gol Andres Iniesta. Dan satu-satunya pelatih dalam sejarah Spanyol yang mengantarkan Spanyol meraih Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012.
Menahkodai Arsenal dari 1996. Sejak itu, Arsene Wenger sudah meraih tiga
mahkota Premier League, empat titel Piala FA dan empat gelar Community
Shield.
Pelatih asal Prancis ini dijuluki Le Professeur karena pendekatan sistematis, pengetahuan luar biasa tentang sepakbola, dan kemampuannya untuk berbicara dalam banyak bahasa.
Selama bertahun-tahun, Wenger dikenal sangat suka merekrut pemain-pemain yang kurang diperhitungkan, lalu menyulap mereka menjadi talenta berkelas dunia. Sederet nama, seperti Nicolas Anelka, Patrick Vieira, Thierry Henry dan Robin van Persie, telah mendunia di bawah tangan dinginnya.
Wenger adalah pria dengan masa kepelatihan terlama dan arsitek tersukses dalam sejarah the Gunners.
Jose Mourinho adalah salah satu pelatih paling kontroversial sepanjang
sejarah sepakbola, tapi dia telah membuktikan kehebatannya bersama Real
Madrid, Chelsea, Benfica, Porto, Uniao de Leira dan Inter Milan.
Pria Portugal yang mengklaim dirinya 'special one' ketika pertama kali diperkenalkan sebagai arsitek Chelsea pada tahun 2004 itu sanggup memotivasi para pemainnya untuk mengeluarkan semua kemampuan terbaik dalam diri mereka.
DIa berkeyakinan bahwa seorang pelatih harus menguasai banyak bidang, mulai persiapan tim hingga kepemimpinan, dan itu membuatnya menghasilkan rekor 150 laga kandang tanpa kekalahan dari Februari 2002 sampai April 2011.
Mourinho membawa Inter menjadi tim Italia pertama yang memenangi treble Serie A, Coppa Italia dan Liga Champions. Dia juga orang pertama yang menyabet penghargaan FIFA Ballon d'Or untuk kategori Pelatih Terbaik.
Bersama Los Merengues, Mourinho menyabet mahkota Copa del Rey 2010/11, La Liga 2011/12 dan Supercopa de Espana 2012.
Pria Portugal yang mengklaim dirinya 'special one' ketika pertama kali diperkenalkan sebagai arsitek Chelsea pada tahun 2004 itu sanggup memotivasi para pemainnya untuk mengeluarkan semua kemampuan terbaik dalam diri mereka.
DIa berkeyakinan bahwa seorang pelatih harus menguasai banyak bidang, mulai persiapan tim hingga kepemimpinan, dan itu membuatnya menghasilkan rekor 150 laga kandang tanpa kekalahan dari Februari 2002 sampai April 2011.
Mourinho membawa Inter menjadi tim Italia pertama yang memenangi treble Serie A, Coppa Italia dan Liga Champions. Dia juga orang pertama yang menyabet penghargaan FIFA Ballon d'Or untuk kategori Pelatih Terbaik.
Bersama Los Merengues, Mourinho menyabet mahkota Copa del Rey 2010/11, La Liga 2011/12 dan Supercopa de Espana 2012.
Pelatih tersukses dalam sejarah Barcelona dengan 14 trofi dalam empat musim.
Strategi tiki-taka telah mengalir dalam darahnya. Josep Guardiola lalu menciptakan tim yang setiap lininya memahami taktik tersebut secara sempurna.
Ketika pertama kali menangani tim utama Blaugrana, Guardiola melepas sejumlah pemain yang tidak masuk dalam rencananya, seperti Ronaldinho, Samuel Eto'o serta Deco, dan membentuk skuad dengan mayoritas pemain dari La Masia. Alhasil, pada akhir musim pelatih yang memulai debut profesionalnya sebagai pelatih pada musim yang sama berhasil menggondol 6 trophy major yang diselenggarakan di di liga domestik 1, piala raja 1, piala super spanyol 1,uefa champion league 1, uefa super cup 1, dan fifa piala dunia antar klub 1.
Salah satu kelebihan Guardiola adalah kemampuan dalam memotivasi para pemainnya.
Dia dianugerahi penghargaan FIFA Ballon d'Or sebagai Pelatih Terbaik pada tahun 2011 karena dalam kiprahnya yang masih hijau Guardiola berhasil merebut 14 gelar sampai 2011.
Strategi tiki-taka telah mengalir dalam darahnya. Josep Guardiola lalu menciptakan tim yang setiap lininya memahami taktik tersebut secara sempurna.
Ketika pertama kali menangani tim utama Blaugrana, Guardiola melepas sejumlah pemain yang tidak masuk dalam rencananya, seperti Ronaldinho, Samuel Eto'o serta Deco, dan membentuk skuad dengan mayoritas pemain dari La Masia. Alhasil, pada akhir musim pelatih yang memulai debut profesionalnya sebagai pelatih pada musim yang sama berhasil menggondol 6 trophy major yang diselenggarakan di di liga domestik 1, piala raja 1, piala super spanyol 1,uefa champion league 1, uefa super cup 1, dan fifa piala dunia antar klub 1.
Salah satu kelebihan Guardiola adalah kemampuan dalam memotivasi para pemainnya.
Dia dianugerahi penghargaan FIFA Ballon d'Or sebagai Pelatih Terbaik pada tahun 2011 karena dalam kiprahnya yang masih hijau Guardiola berhasil merebut 14 gelar sampai 2011.